Senin, 23 Februari 2009

Tata Cara Permainan Dakon

Pembuka
Dakon utawa congklak, kuwi dolanan sing nganggo piranti kayu dilegoki pitung legokan, rong larik, terus ing pucuk kiwa tengen ana legokan gedhé (lumbung) loro. Sak liyané kuwi, butuh kecik cacahé 7 x 7 x 2 = 98.
Tata Cara Permainan Dakon
1. Legokan cilik diisi kecik pitu-pitu
2. Giliran sing mlaku dhisik diundhi nganggo sut
3. Carane mlaku, sing oleh giliran milih salah siji legokan sisih ngarepe, kecik sing ning kono dijupuk, terus ditibakke siji-siji ning legokan wiwit sisih tengene. Sak teruse legokan tengen diisi, ugo lumbung sisih tengen. Yen kecike isih turah, diteruske muter ning legokan musuhe.
4. Yen kecik paling pungkasan enteke pas ning lumbung, giliran diteruske nganggo cara ndhuwur.
5. Yen kecik paling pungkasan enteke pas ning legokan sing kosong, giliran mandheg, ganti musuhe.
6. Yen legokan sabrange ono isine, kabeh dipindhah ning lumbunge dhewe.
Lah nek neng yogjo carane awitan kok bedho yo?? neng yogjo wiwit bareng,seko sisih kiwo dhewe,mlaku bareng ngati sopo sing kecik e entek disik lan mandeng neng legokan sing kosong.
(durung tutug)
Congklak
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Congkak adalah suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan.
Nama congkak di berbagai daerah
Di Malaysia permainan ini lebih dikenal dengan nama congkak dan istilah ini juga dikenal di beberapa daerah di Sumatera dengan kebudayaan Melayu. Di Jawa, permainan ini lebih dikenal dengan nama congkak, dakon, dhakon atau dhakonan. Selain itu di Lampung permainan ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan nama Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan Nogarata. Dalam bahasa Inggris, permainan ini disebut Mancala.
Permainan congkak
Permainan congkak dilakukan oleh dua orang. Dalam permainan mereka menggunakan papan yang dinamakan papan congkak dan 98 (14 x 7) buah biji yang dinamakan biji congkak atau buah congkak. Umumnya papan congkak terbuat dari kayu dan plastik, sedangkan bijinya terbuat dari cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan, kelereng atau plastik. Pada papan congkak terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas 14 lobang kecil yang saling berhadapan dan 2 lobang besar di kedua sisinya. Setiap 7 lobang kecil di sisi pemain dan lobang besar di sisi kananya dianggap sebagai milik sang pemain.
Pada awal permainan setiap lobang kecil diisi dengan tujuh buah biji. Dua orang pemain yang berhadapan, salah seorang yang memulai dapat memilih lobang yang akan diambil dan meletakkan satu ke lobang di sebelah kanannya dan seterusnya. Bila biji habis di lobang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi, bisa habis di lobang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan dengan memilih lobang kecil di sisinya. bila habis di lubang kecil di sisinya maka ia berhenti dan mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti di lobang kosong di sisi lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa.
Permainan dianggap selesai bila sudah tidak ada biji lagi yang dapat dimabil (seluruh biji ada di lobang besar kedua pemain). Pemenangnya adalah yang mendapatkan biji terbanyak.
Meredupnya popularitas permainan tradisional biasanya dibarengi dengan merosotnya pamor dan keberadaan permainan itu. Tapi tidak demikian halnya dengan congklak atau dakon. Dolanan yang jadi kegemaran anak-anak perempuan ini, kini justru naek pangkat menjadi benda koleksi pendukung interior.
Di tangan para pengrajin dan eksportir furnitur, papan mainan dakon ini diubah menjadi karya seni dengan ukiran yang unik. Bagian ujung dan pangkal biasanya dibuat ukiran kepala binatang seperti naga dan angsa. Pada bagian bawah, juga ditambahkan kaki-kaki binatang tersebut. Harganya? Hhmmm….bisa 100 kali lipat dari harga papan dakon tradisional, lho.
Dhakon/Congklak
Dhakon, media yang terdiri dari kurva berjajar (sawah) dengan jumlah tertentu dan di masing-masing ujungnya terdapat lubang besar (lumbung). Untuk memainkan diperlukan biji asam (klungsu), biji sawo (kecik) atau kerikil/batu kecil. Jumlah biji sesuai dengan jumlah sawah, misalnya terdapat 7 pasang sawah, maka kecik berjumlah 7 x 7 x 2 = 98 buah. Setelah lubang dhakon kedua belah pihak diisi oleh biji, dan mulai mengecerkan biji dalam satu sawah ke sawah lain secara memutar. Proses tersebut terus berlangsung hingga biji terajgir menemukan sawah kosong miliknya, dan bisa mengambil semua biji di sawah seberangnya. Demikianlah pemain menjalankan bijinya bergantian sampai habis dan pemenang adalah yang lumbungnya paling banyak

Permainan dakon

Permainan Dakon
Remaja di halaman rumah besar dan terkesan kuno disekitar kraton Yogyakarta lagi asik bermain ada yang main tali, ada yang main umpet. Namun darisekian banyak yang bermain dihalaman ada dua gadis cilik duduk berhadapan di sebuah pendopo rumah. Mereka menghadap sebuah papan berlubang 16 yang terisi biji-biji sawo. Rambut mereka dikepang, wajah mereka tersenyum sehingga gigi-gigi kecil mereka yang putih dan manis terlihat. Sesekali, tangan mereka terangkat bersama biji-biji sawo yang tergenggam. Kegembiraan tampak dari wajah gadis mungil yang kiranya sudah jelas sedang bermain dakon.
Mengingatkan lagi segala hal tentang permainan yang sering juga disebut congklak ini. Ada dua alat yang dibutuhkan untuk memainkan dakon, yaitu papan dakon yang memiliki 16 lubang, masing-masing 7 lubang di depan dan belakang dan dan 1 lubang di pojok kanan dan kiri serta biji sawo. Inti permainannya adalah mengumpulkan biji sawo di lubang pojok yang menjadi milik kita. Menang atau kalah ditentukan dari banyaknya biji yang berhasil dikumpulkan.
Sebelum bermain, peserta melakukan ping sut dulu untuk menentukan siapa yang bermain lebih dulu. Setelah itu, biji sawo yang berjumlah 98 disebar dalam setiap lubang di papan dakon, kecuali lubang di pojok kanan dan kiri. Jadi, setiap lubang berisi 7 biji sawo dan setiap peserta memiliki 49 biji sawo yang tersebar di 7 lubang yang ada di depannya. Permainan dimulai dengan mengambil seluruh biji di satu lubang dan menyebarnya satu per satu di lubang lain secara urut.
Untuk menyebar biji, ada beberapa aturan. Biji yang diambil dari satu lubang, dimasukkan ke lubang berikutnya satu per satu secara urut, termasuk ke lubang lawan. Jika melewati lubang pojok yang menjadi milik kita, maka satu biji yang kita genggam ditaruh di sana. Tapi, jika melewati lubang pojok milik lawan, kita tidak boleh menaruh biji sawo di dalamnya. Sebabnya, tentu saja agar jumlah biji sawo milik lawan tak bertambah banyak.
Mau menang? Ada beberapa triknya, semoga anda masih ingat. Misalnya, sebelum bermain, peserta memilih dahulu biji pada lubang mana yang akan disebar. Tujuannya agar biji terakhir dari kumpulan biji yang disebar bisa jatuh di lubang yang kosong. Kalau biji jatuh di lubang yang kosong, anda bisa mikul atau nembak. Dan, bila berhasil, akan semakin banyak biji yang terkumpul di lubang pojok milik anda, sehingga bisa memenangkan permainan.
Untuk bisa mikul atau nembak, ada syaratnya. Mikul atau memikul bisa dilakukan bila biji terakhir yang disebar jatuh ke lubang kosong milik lawan, jadi anda bisa mengambil biji yang berada di kanan dan kiri lubang kosong itu untuk ditaruh di lubang pojok milik anda. Sementara nembak atau menembak, bisa dilakukan bila biji terakhir yang disebar jatuh ke lubang kosong milik anda, sehingga bisa mengambil biji di lubang lawan yang ada di seberang lubang kosong milik anda.
Nah, bagaimana? Ingin memainkannya lagi. Anda bisa membeli alat-alat permainannya di beberapa toko di Yogyakarta. Beberapa toko menjual papan dakon yang berbahan plastik, dengan biji yang terbuat dari plastik pula. Tapi, ada juga toko yang menjual alat permainan dari bahan kayu, tapi dengan harga yang tentu lebih mahal. Banyak orang justru membeli peralatan dakon dari kayu hanya untuk hiasan.
Saat main, mungkin anda akan bisa mengingat kecurangan-kecurangan yang pernah anda lakukan. Misalnya, berusaha mengecoh pandangan lawan sehingga bisa menyembunyikan satu atau dua biji agar biji terakhir yang disebar jatuh di lubang kosong. Atau, kecurangan-kecurangan lain yang kadang membuat permainan ini menjadi lebih seru. Coba ingat-ingat lagi apa yang pernah anda lakukan saat bermain dakon, pasti anda akan tertawa sendiri mengenangnya.

Senin, 16 Februari 2009

dakon

dakon adalah permainan tradisional jawa. hampir seluruh masyarakat jawa mengenalnya yang berujud kayu dengan lubang sebanyak tujuh pasang dan beberapa butir biji asem jawa yang dimainkan oleh dua orang. tiap-tiap lubang pada umumnya diisi dengan 7 biji asem atau yang sejenis. namun untuk jumlah bukan merukankan harga mati bisa diisi lebih maupun kurang tergantung kesepakatan pemain. untuk permulaan dimulai dengan diundi (sud)